Menghilang Di
Depan Lawan
Memasuki tahun ke-9 Hijriah, nama kaum muslimin semakin harum di kancah dunia.
Kemenangan-kemenangan dalam peperangan yang diperoleh kaum muslimin membuat
namanya semakin membumbung dengan keharuman yang tiada taranya.
Keadaan kaum muslimin yang sedang berada di puncak kejayaannya, membuat para
pemimpin negara tetangga , yang belum masuk islam, mengirimkan utusannya untuk
mendengarkan ajaran yang di bawa beliau dengan lebih jelas dan terperinci. Utusan-utusan
tersebut datang dari berbagai daerah di jazirah Arab. Oleh sebab itu, tahun
ke-9 Hijriah ini juga terkenal dengan sebutan”Tahun Utusan” atau disebut juga
dengan “Amul Wufud.”
Ternyata, utusan-utusan tersebut tidak semua bertujuan baik karena ada seorang
utusan yang bernama Amir Ibnuth- Thufail malah bermaksud membunuh beliau dalam
pertemuan tersebut. Ia bersekongkol dengan temannya yang bernama Ibad bin Qays.
Amir Ibnuth- Thufail adalah seorang utusan wakil dari Bani Amir yang memang sudah
sejak lama tidak merasa senang dengan ajaran yang di bawa oleh Rasulullah,
bahkan ia sangat membenci beliau sehingga menggunakan kesempatan pertemuan itu
untuk mencoba menghabisi nyawa Rasulullah.
Rencana busuk tersebut dilaksanakan oleh Ibad dan Amir pada saat mereka telah
berhadapan dengan Rasulullah saw. Di dalam sebuah ruangan dan sedang
membicarakan masalah-masalah agam Islam. Pada saat yang telah ditentukan oleh
mereka berdua, Amir member suatu tanda rahasia kepada Ibad Bin Qays supaya
segera melaksanakan rencananya. Ibad pun mulai bergerak ketika sudah mendapat
tanda dari Amir.ia segera berputar ke arah belakang Rasulullah untuk membunuh
beliau.
Di saat Ibad sudah ada di belakang punggung Rasulullah, pedang yang ada di tangannya
pun tinggal di bacokkan kea rah Rasulullah, namun Amir melihat jelas
wajah teman sekongkolnya yang tampak tercengang dan kebingungan. Ibad
seperti sedang mencari-cari buruannya yang mendadak hilang.
Ketika mereka berdua telah berada di luar ruangan, hal itu tentu saja
dipertanyakan oleh Amir Ibnuth- Thufail dengan nada yang marah, “Mengapa engkau
tidak membunuhnya, hai penakut?”
Ibad yang tidak mau dituduh penakut itu membela diri, “Hai Amir, bukannya aku
penakut, seperti yang engkau tuduhkan. Bukankah kamu juga telah mengetahui
keberanianku?”
“Lalu mengapa engkau tak jadi membunuh Muhammad?” Tanya Amir yang masih
penasaran.
“Hai Amir!
Sesungguhnya aku telah mengalami keajaiban yang luar biasa. Setiap kali
pedangku akan ku ayunkan ke arahnya, tiada yang kulihat kecuali engkau seorang,
sedang aku sama sekali tidak melihat Muhammad. Apakah engkau mau terbabat oleh
pedangku?” Tanya Ibad.
“Muhammad itu berada di depanmu, tolol!” bentak Amir dengan marah.
“Benar, memang Muhammad ada di depanku. Tetapi, setiap kali aku hendak memukulkan pedangku, hanya engkaulah yang terlihat di depan mataku. Daripada nanti aku membunuhmu maka aku mengurungkan niatku!” kata Ibad.
“Benar, memang Muhammad ada di depanku. Tetapi, setiap kali aku hendak memukulkan pedangku, hanya engkaulah yang terlihat di depan mataku. Daripada nanti aku membunuhmu maka aku mengurungkan niatku!” kata Ibad.
Begitulah cara Allah menjaga utusan-Nya, kekasih-Nya yang suci dan selalu
terlindungi. Sebagai balasan atas rencana jahat mereka, Rasulullah meminta
kepada Allah agar memberi laknat kepada Amir ibnuth-Thufail dan Ibad bin Qays.
Maka, Allah pun mengabulkan permohonan kekasih-Nya. Amir terserang kolera,
hingga meninggal sebelum ia sampai di rumahnya, sedangkan Ibad bin Qays mati
disambar petir yang menggelegar.
Kedengkian Abu Jahal
Siapa yang tak kenal Abu Jahal? Pemimpin kafir Quraisy yang senantiasa memusuhi
Rasulullah, hanya karena beliau tidak mau menyembah patung-patung yang menjadi
sesembahan mereka. Berkali-kali usaha pembunuhan yang di jalankan Abu Jahal
mengalami kegagalan berkat mukjizat beliau, namun ia tidak pernah merasa jera,
meskipun ia sendiri nyaris celaka akibat perbuatannya itu dan tentu akan binasa
bila tidak di tolong sendiri oleh Rasulullah saw.
Kejahatan-kejahatan yang dilakukan Abu Jahal terhadap Rasulullah, beberapa di
antaranya menjadi sebab turunnya ayat Al-Qur’an. Firman Allah dalam surah
Yaasiin berikut ini adalah salah satu dari beberapa ayat yang turun Karena
perbuatan Abu Jahal.
“Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu yangan mereka
(diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan, Kami adakan di
hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula); dan Kami tutup
(mata) mereka sehingga tidak dapat melihat.”(Yaasiin :8-9)
Peristiwa itu bermula dari kedengkian Abu Jahal setiap kali melihat Muhammad
sedang menjalankan shalat di dekat Ka’bah, sampai-sampai ia mengeluarkan
sumpahnya, :Jika aku melihat Muhammad sedang melakukan shalat lagi, pasti
ia akan aku jatuhi kepalanya dengan batu hingga ia tewas!”
Sumpah Abu Jahal rupanya bukanlah bualan belaka karena pada suatu saat ia
benar-benar melakukan sumpahnya. Ketika ia sedang melihat Muhammad saw sedang
melakukan shalat dekat Ka’bah, marah Abu Jahal meluap sampai ke ubun-ubun,
matanya yang buas bagai hendak menelan mangsanya karena begitu iri dan dengkinya
kepada Rasulullah.
Ia buru-buru mengambil sebuah batu besar dan diangkatnya tinggi-tinggi, hendak
dijatuhkan ke kepala Rasulullah. Ketika batu tersebut siap dijatuhkan, entah
mengapa tiba-tiba tangan Abu Jahal menjadi kaku sehingga tidak dapat
digerakkan.
Tangan tersebut tetap menjulur ke atas, sedangkan batu yang digenggamnya tetap
berada di tangannya, tidak bisa di jatuhkan.
Abu Jahal baru sembuh ketika Rasulullah telah memaafkan perbuatannya yang
hendak mencelakakan beliau itu. Alangkah malunya Abu Jahal mengalami kejadian
itu. Dengan penuh rasa amarah dan jengkel yang tidak tertahankan, ia kembali
bergabung dengan teman-temannya.
Kepada teman-temannya, ia menceritakan kejadian yang dialaminya barusan, dengan
rasa amarah yang belum padam. Salah seorang temannya yang mendengar kisah Abu
Jahal yang terasa tidak masuk akal itu, menyangka Abu Jahal berbohong. Maka,
dengan penuh emosi, ia berkata, “Kalau begitu, aku sajalah yang akan membunuh
Muhammad itu!”
Pada saat yang lain, ketika Rasulullah sedang melakukan shalat, orang tersebut
benar-benar mendekati beliau sambil membawa sebuah batu yang besar. Ketika ia
hendak menghantamkan batu tersebut, tiba-tiba beliau hilang dari pandangannya.
Ia hanya mendengar suara Rasulullah, tetapi tidak melihat orangnya.
Akhirnya, ia gagal melaksanakan pembunuhan terhadap beliau. Ia kembali
bergabung dengan teman-temannya yang sedang menantikan kabar dengan berdebar.
Begitu ia sampai di hadapan teman-temannya dengan tidak sabar, mereka menanyai
hasil perbuatannya. “apa yang engkau lakukan terhadap Muhammad?”
Kemudian, ia menceritakan peristiwa yang dialaminya. Dan, baru ia percaya bahwa
Abu Jahal benar-benar mengalami peristiwa yang sama dengan dirinya. “Dan yang
lebih aneh lagi, seakan-akan ada sekat yang membatasi antara aku dan Muhammad
waktu itu sehingga aku tidak bisa melihat Muhammad, hanya suaranya saja yang
terdengar!”
Menggetarkan Lawannya
Mukjizat yang dikaruniakan kepada Rasulullah saw kebanyakan diberikan pada
saat-saat terdesak atau untuk menyelamatkan beliau dari ancaman kaum kafir dan
musyrikin.
Kkisah tentang mukjizat beliau di antaranya pernah di sampaikan oleh Umar ibnul
Khaththab ketika hendak membunuh Rasulullah saw. Umar merundingkan rencana
jahat itu bersama Abu Jahm dan akhirnya disepakati pelaksanaan pembunuhan pada
malam hari.
Pada suatu malam, berangkatlah mereka menuju rumah Rasulullah saw. Mereka berdiri
di depan pintu dan mengetoknya, pintu segera di buka oleh Rasulullah saw,
sambil membaca surah al- Haaqqaah. Nabi saw menatap mereka berdua dengan tajam,
seluruh tubuh Abu Jahm tiba-tiba gemetar lalu ia memukul lengan tangan Umar
seraya berkata, “Selamatkanlah dirimu dengan segera.”
Demikianlah akhirnya mereka lari dengan terbirit-birit dengan ketakutan tanpa
suatu sebab yag jelas. Ya, hanya dengan pandangan mata beliau Rasulullah saw,
mampu membuat lawannya lari ketakutan.
Peristiwa yang di alami oleh Umar tadi termasuk salah satu di antara perkara
yang menyebabkan dirinya masuk Islam.
Di dalam suatu riwayat yang lain dikatakan, “Pada suatu saat Nabi saw sedang
beristirahat di bawah pohon untuk melepaskan rasa lelahnya seusai pertempuran,
tiba-tiba datang seorang musuh sambil menghunuskan pedangnya kearah Rasulullah
dengan berkata, “Siapa yang dapat melindungi engkau dari pedangku ini, hai
Muhammad?”
Rasulullah saw dengan tenang menatap wajah orang tersebut, sambil berkata,
“Allah yang melindungiku.”
Maka, seketika bergetarlah tangan orang tersebut, sedangkan pedang yang di
tangannya jatuh ke tanah. Lalu, entah apa sebabnya Badui itu kemudian
membentur-benturkan kepalanya ke pohon berulangkali sampai kepalanya berdarah.
Kisah di atas juga diriwayatkan oleh Bukhari dengan menyebutkan bahwa
nama Badui tersebut adalah Ghaurats bin Harits. Nabi saw kemudian member maaf
kapadanya. Ketika ia kembali kapada kaumnya, ia berkata kepada mereka, “Aku
baru datang pada orang yang paling baik.”
Apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw terhadap orang yang hendak membunuhnya
merupakan suatu kekuatan yang luar biasa yang tidak dapat dimiliki oleh
umumnya manusia. Apa mungkin dendam dan emosi yang sudah meletup-letup untuk
membunuh dapat diperdaya hanya dengan tatapan pandangan mata. Tetapi, itulah
kenyataan itulah kenyataan yang dialami oleh Umar ibnul Khaththab dan
orang-orang kafir yang hendak membunuh Rasulullah. Demikianlah kehebatan kekuatan
mukjizat Rasulullah yang dipancarkan melalui tatapan matanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar